Hampir semua orang pasti mengenal kota Tuban dengan sebutan khasnya yaitu “Bumi Wali”
Kota tuban terletak di jalur Pantura, meskipun Tuban adalh kota yang
kecil namun sekarang telah menjadi daerah Industri, ini di karenakan ada
beberapa perusahaan besar yang beroperasi di sana, seperti: PT. Semen
Gresik, PT. TPPI dan juga PT Holcim Indonesia. Sekilas, jika kita hanya
melihat sambil jalan, tak banyak keistimewaan dari kota Tuban ini, akan
tetapi sebenarnya Tuban memiliki banyak objek wisata yang layak untuk di
kunjungi. jika kita telah masuk kota Tuban, di Jalan Raya Semarang,
kita akan menjumpai Terminal Terapung yang baru di bangun beberapa tahun
yang lalu. Sekitar 10-15 km dari Terminal tersebut, terdapat makam
salah satu Wali Songo, penyebar Islam di pulau Jawa yang terkenal, yaitu
Sunan Bonang. Pemakaman Sunan Bonang ini juga dijadikan objek wisata
religi, terletak tepat di sebelah barat Kantor Pemda Kabupaten Tuban. Di
samping komplek pemakaman ini, terdapat Masjid Agung Tuban,salah satu
ikon kota Tuban.
Dan beberapa meter dari sini, bagi anda yang tertarik dengan sejarah, anda bisa mengunjungi musium kambang putih. Di musium ini, terdapat batu besar yang disebut “Batu Tiban” yang konon dijatuhkan menjadi asal usul nama kota Tuban.
Mengunjungi wisata di Tuban anda pasti mendengar budaya Sandur yang
dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa
serta merupakan perjalanan hidup manusia. Bersamaan dengan perjalanan
budaya masyarakat Tuban , ide permainan mengkristal menjadi sebuah
bentuk pertunjukan dan melibatkan unsur ritual magic. Meski bentuk
ungkapan sandur ini sangat bersahaja , namun isi tema pertunjukan sarat
dengan falsafah kehidupan, moral, dan pendidikan, serta kritik sosial.
Sayangnya pertunjukan budaya sandur ini tidak setiap hari bisa anda
saksikan hanya dalam bulan bulan tertentu diadakan pertunjukan tayub.
Salah satu makanan khas Tuban adalah Ampo, ya Ampo namanya. Ampo
merupakan tanah liat yang diserut. Masyaraakat Tuban percaya bahwa ampo
dapat menguatkan sistem pencernaan. Bahkan memakan tanah liat juga
dipercaya sebagai obat yang dapat mengobati beberapa macam penyakit.
Proses pembuatan ampo terbilang cukup sederhana. Tidak semua tanah
dapat dijadikan ampo. Ampo dibuat dari tanah liat pilihan yang terbebas
dari kotoran, kerikil, pasir dan sampah. Kemudian tanah liat dicampur
air sampai kalis, lantas dipadatkan menjadi balok. Barulah balok tanah
liat tadi diserut dengan kayu pipih/bambu, sehingga tanah liat membentuk
gulungan seperti astor. Selanjutnya serutan tanah liat tersebut
dipanggang di atas tungku hingga menghitam. Biasaya proses pemanggangan
ini memakan waktu 4 jam.
Meski dibuat dari bahan dasar tanah, namun ampo tidak berpengaruh terhadap kesehatan. Sebuah
penelitian menyebutkan, memakan tanah liat akan melindungi dan mencegah
masuknya bakteri dan virus ke usus, serta meningkatkan penyerapan
nutrisi oleh tubuh.
Tak hanya di Tuban, Ampo juga dikenal di Brebes, dan sebagian wilayah di Jawa Barat. Harga
ampo relatif murah yakni 150 rupiah perbungkus. Ampo buatannya biasanya
dipesan para pedagang di pasar atau dijadikan oleh-oleh khas Tuban.
Warga masyarakat Kota Tuban mempunyai ciri khas tersendiri yang
membedakannya dengan yang lain, bahkan sudah terkenal sampai ke pelosok
negeri. Beberapa diantaranya adalah warga masyarakat kota Tuban terbiasa
hidup bergotong-royong dalam berbagai aktivitas. Kebiasaan untuk saling
tolong-menolong telah merasuk dalam jiwa masyarakat Kota Tuban dan
menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang membedakan warga kota ini
dengan kota lainnya. Selain gotong royong warga Masyarakat Kota Tuban
juga termasuk Pekerja Keras. Mayoritas warga Kota Tuban bukanlah orang
yang mampu dalam standar finansial pada umumnya namun mereka tetap
semangat dalam menjalani hidup. Selain itu warga masyarakat Kota Tuban
adalah pejuang pemberani, sikap pemberani ini telah terlihat sejak masa
kepemimpinan Adipati Ronggolawe di Kerajaan Majapahit. Mereka selalu
ingat pesan para leluhur mereka yang telah berjuang lebih dulu dalam
mempertahankan kemerdekaan. “Selalu siap demi kebenaran” adalah moto
warga masyarakat Kota Tuban yang tak pernah tertuliskan namun terpatri
dalam tiap sanubari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar